Mekarnya Bunga Sakura
Di suatu malam, seorang gadis mungil yang hanya duduk terdiam dalam heningnya malam. Iris birunya menatap kosong gugurnya bunga Sakura yang kebetulan sesuai dengan namanya. Rambut hitamnya terurai hingga punggung, kulit putih dan mulus bagai putri yang keluar dari kisah dongeng. Namun, ceritanya tak seindah seorang putri. Di usianya yang masih belia, ia sudah tak dapat merasakan kehangatan dunia. Kini ia tak tahu harus melangkah kemana, yang ada di depan hanyalah kegelapan dunia yang siap merantainya dalam keputusasaan.
Hari
demi hari berlalu, musim demi musim silih berganti, tak terasa sudah setahun
berlalu sejak tragedi berdarah yang menimpa Sakura. Kejadian tersebut membuat
pribadi Sakura berubah, sunggingan manisnya yang dulu kini lenyap bersama
dengan kematian orang tuanya, ia bagaikan bunga sakura yang belum mekar.
Meskipun usianya sudah 17 tahun namun jauh di lubuk hatinya, ia masih belum
menerima kenyataan bahwa orang tuanya dibunuh secara keji di depan matanya
sendiri.
Sejak kejadian tersebut, Sakura mulai menghindari
orang-orang yang mendekatinya, ia menutup diri dalam kuncupnya bunga sakura dan
di tahun keduanya di SMA bisa dikatakan jika ia tak memiliki teman. Namun dari
sekian banyak, hanya lelaki itu yang dapat menembus dinding pertahanan Sakura.
Sore
itu, suasana kelas hening, hanya ada Sakura yang masih tetap duduk dengan
memandang langit sore kemerahan. Sakura melihat pergelangan tangannya yang
dihiasi arloji mungil. Untuk beberapa detik ia terus menatap arlojinya dan
tiba-tiba ia berdiri bermaksud untuk segera pulang, namun ia kembali duduk
setelah mendengar suara langkah kaki yang menuju ke kelasnya.
“Sakura... ayo pulang bersama” panggil lelaki itu segera setelah ia menggeser pintu kelas.
“Huuh..
dia muncul. Lelaki yang
merepotkan” tukasnya dalam hati,
dan Sakura hanya jalan melewatinya tanpa kata.
“Oooii Sakura! Jangan pura-pura tak
melihatku” ucap lelaki itu yang tiba-tiba muncul di depan Sakura.
“Aku ada urusan. Jangan mengikutiku terus. Menyebalkan”
“Bohong. Kau selalu saja seperti itu, bersikap dingin. Cobalah sedikit untuk membuka diri, jangan terus melarikan diri dari kenyataan..”
Sakura menghentikan langkahnya untuk beberapa saat dan melanjutkannya tanpa mengindahkan perkataan lelaki itu.
“Aku ada urusan. Jangan mengikutiku terus. Menyebalkan”
“Bohong. Kau selalu saja seperti itu, bersikap dingin. Cobalah sedikit untuk membuka diri, jangan terus melarikan diri dari kenyataan..”
Sakura menghentikan langkahnya untuk beberapa saat dan melanjutkannya tanpa mengindahkan perkataan lelaki itu.
Sakura
tidak suka pulang ke rumahnya, rumah yang penuh dengan kenangan yang menusuk
Sakura, namun ia juga tak mau pindah dari rumah yang bergaya Eropa-Jepang
tersebut. Satu-satunya peninggalan dari orang tua Sakura adalah rumah tersebut.
Setiap saat ia tiba di depan gerbang rumah, ia selalu menghela napas. Ia selalu membayangkan sapaan
kedua orang tuanya, menyambut Sakura di pintu rumah.
“hhhmm.. jadi ini rumah Sakura ya..”
“hhhmm.. jadi ini rumah Sakura ya..”
Sakura tiba-tiba menjaga jarak. Ia kaget
dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
“kau mengikuti ku?” tanya Sakura
“ Tidak, kebetulan aku lewat sini dan melihatmu”
katanya dengan sunggingan di wajahnya.
“Boleh aku masuk?”
“Lakukan sesukamu” tukas Sakura pasrah.
Di sepanjang wisata pria itu di rumah Sakura, ia hanya bisa terpukau melihat keindahan rumah Sakura. Hanya melihat dari segi penempatan benda-benda, orang tua Sakura begitu perfeksionis, semuanya rapi dan bersih namun pria itu merasakan aura kesedihan yang menyelimuti rumah Sakura.
“Sakura, orang tuamu kemana?”
“....” Sakura tak menjawab.
“Sakura??”
“Mereka sudah tiada”
“Ow, maaf”
“Tak apa”
Suasana di antara mereka jadi aneh, Sakura hanya diam seperti biasanya. Waktu terus berjalan, Sakura menoleh menatap jam dinding besar yang terdapat di dinding kamarnya, waktu menunjukkan sudah pukul 10 malam.
Di sepanjang wisata pria itu di rumah Sakura, ia hanya bisa terpukau melihat keindahan rumah Sakura. Hanya melihat dari segi penempatan benda-benda, orang tua Sakura begitu perfeksionis, semuanya rapi dan bersih namun pria itu merasakan aura kesedihan yang menyelimuti rumah Sakura.
“Sakura, orang tuamu kemana?”
“....” Sakura tak menjawab.
“Sakura??”
“Mereka sudah tiada”
“Ow, maaf”
“Tak apa”
Suasana di antara mereka jadi aneh, Sakura hanya diam seperti biasanya. Waktu terus berjalan, Sakura menoleh menatap jam dinding besar yang terdapat di dinding kamarnya, waktu menunjukkan sudah pukul 10 malam.
“Eee.. kau tidak pulang?” tanya Sakura
ragu-ragu.
“Kau? Aku punya nama”
“.....”
“.....”
“Haru, panggil saja aku Haru. Dan aku ingin bermalam
di sini.. hehehe” tukasnya sedikit bercanda
“Apa orang tua mu tidak marah?” tanya Sakura
“Tidak, mereka sudah ada di alam sana.”
Sakura terdiam.
“Mereka dibunuh 6 tahun lalu..” Haru melanjutkan
Sakura masih diam. Ia tak menyangka bahwa ada yang senasib dengannya.
“Bagaimana dengan pel---“
“Pelakunya masih berkeliaran di luar sana. Polisi tak ada gunanya, aku berjanji bahwa aku yang akan MENGHUKUM si pembunuh tersebut” tukas Haru memotong perkataan Sakura.
“Apa orang tua mu tidak marah?” tanya Sakura
“Tidak, mereka sudah ada di alam sana.”
Sakura terdiam.
“Mereka dibunuh 6 tahun lalu..” Haru melanjutkan
Sakura masih diam. Ia tak menyangka bahwa ada yang senasib dengannya.
“Bagaimana dengan pel---“
“Pelakunya masih berkeliaran di luar sana. Polisi tak ada gunanya, aku berjanji bahwa aku yang akan MENGHUKUM si pembunuh tersebut” tukas Haru memotong perkataan Sakura.
Seketika itu,
nada suara Haru menjadi berat dan tajam berbeda dengan Haru pada biasanya yang
lembut. Untuk kedua kalinya, Sakura merasakan aura yang sama ketika orang
tuanya dibunuh. Aura yang lebih kejam dari iblis bahkan iblis Beelzebub
sekalipun.
“Sakura...” ucap Haru dengan lembut.
“Bagaimana kalau kita menyelidikinya? Kita bisa---”
“Huh? Kita? Apa maksud mu? Lagi pula aku---”
“Sakura. Kau tidak bisa membohongiku, aku tahu
masa lalu mu. Sebenarnya, aku ingin pura-pura tidak tahu apa-apa sampai kau
menceritakannya sendiri, tapi aku tak punya banyak waktu. Kau juga tidak mau
terus-menerus dibayangi oleh masa lalumu kan?” ucap Haru yang membuat Sakura
tak berkutik. Ia tak tahu harus bagaimana, Sakura terlalu takut untuk melangkah
keluar, ia takut suatu saat ia akan merasakan hal yang sama ketika ia mencoba
kabur dari rantai masa lalunya.
Sejak
perbincangan terakhir mereka, Sakura mulai terbuka kepada Haru dan ia mulai
percaya terhadap Haru, bagaikan kuncup sakura yang mulai
mekar karena cahaya matahari di musim semi.
Seiring berjalannya waktu, Sakura mendapati dirinya sedang
membantu Haru dalam penyelidikannya. Keduanya memang tergolong anak cerdas,
meskipun sejak tragedi itu Sakura berhenti untuk berusaha keras dalam
pelajaran. Sedangkan, Haru yang memang selalu mendapat peringkat teratas dalam setiap
tes.
Setiap
harinya, Sakura tidak lagi kesepian karena kehadiran Haru yang menjadi bagian
dari hidup Sakura. Mereka memiliki cerita hidup yang senasib. Hingga suatu hari
Sakura merasa lebih hidup dari pada sebelumnya. Haru yang selalu menjadi
penghangat bagi Sakura dikala setiap suasana dan masalah yang menerpa Sakura di
sekolah. Banyak siswa yang membencinya karena sifatnya yang kutu buku, tertutup
dan sangat kaku. Tapi tidak di depan Haru.
Tak
butuh waktu lama, mereka berdua sudah memiliki sedikit petunjuk dan seiring penyelidikan mereka sering bersama, Sakura mulai berubah
sedikit demi sedikit, ekspresinya sudah tidak sedatar dulu, ia sudah tak nampak
seperti robot berjalan. Perubahan tersebut membawa dampak yang baik bagi
orang-orang di sekitar Sakura, mereka sekarang sudah
dapat berbincang-bincang dengannya, namun Sakura masih membatasi dirinya,
Sakura mencoba menghentikan perasaan itu dengan pergi bertemu Haru dan
menenangkan perasaannya. Tetapi ada suatu ketika ia tak dapat bertemu dengan Haru
ataupun menghubunginya selama dua hari berturut-turut. Sakura merasa aneh, karena tidak biasanya Haru
meninggalkannya tanpa kabar.
Sakura
pun mencarinya kemana-mana namun hasilnya nihil, ia tak dapat menemukannya. Ia
pun melangkahkan kakinya yang serasa begitu berat menuju rumah tanpa kehadiran Haru.
Sesampainya di rumah, ia melihat ada surat di depan pintu rumahnya, ia langsung
tahu bahwa itu dari Haru.
“Sakura, kalau kau menerima surat ini, berarti aku sudah tidak dapat hidup lagi bersamamu dan menatap rembulan bersama, karena aku harus pergi dan lenyap dari kehidupanmu. Aku akan memberikanmu jawaban atas penyelidikanmu selama ini, ikuti petunjukku pada peta dibelakang surat ini. Aku yakin kau akan baik-baik saja tanpa aku, dan maaf karena telah membohongimu selama ini.” Sakura tak kuasa menahan air matanya setelah membaca surat dari Haru, untuk yang kedua kalinya, ia harus merasakan perasaan yang menusuk hatinya. Ia tak sanggup untuk melanjutkannya, namun ia tak ingin mengecewakan Haru untuk tetap baik-baik saja dan kalimat terakhir dari Haru yang membingunkan Sakura, membuatnya berpikir keras.
“Sakura, kalau kau menerima surat ini, berarti aku sudah tidak dapat hidup lagi bersamamu dan menatap rembulan bersama, karena aku harus pergi dan lenyap dari kehidupanmu. Aku akan memberikanmu jawaban atas penyelidikanmu selama ini, ikuti petunjukku pada peta dibelakang surat ini. Aku yakin kau akan baik-baik saja tanpa aku, dan maaf karena telah membohongimu selama ini.” Sakura tak kuasa menahan air matanya setelah membaca surat dari Haru, untuk yang kedua kalinya, ia harus merasakan perasaan yang menusuk hatinya. Ia tak sanggup untuk melanjutkannya, namun ia tak ingin mengecewakan Haru untuk tetap baik-baik saja dan kalimat terakhir dari Haru yang membingunkan Sakura, membuatnya berpikir keras.
Tak
lama setelah itu, Sakura tak berkutik untuk beberapa saat. Ia akhirnya
memecahkan segala pertanyaan tentang Haru,
mengapa
Haru tiba-tiba bisa ada di
sekitar Sakura, dan bagaimana ia bisa tahu masa lalu Sakura dan keahliannya
dalam mencari informasi. Sakura tak menyangka bahwa Haru merupakan agen FBI
yang menyamar sebagai siswa di sekolah Sakura selama
setahun terakhir, ia ditugaskan untuk mencari informasi tentang si pembunuh
berantai yang kabur dari Amerika Serikat 7 tahun silam dan sedang berkeliaran
di Jepang. Dan dipenyelidikan terakhirnya, ia berhasil mendapatkan informasi tentang
kemungkinan tempat persembunyian si pembunuh dengan nyawa sebagai harganya.
Sakura
yang tidak ingin pengorbanan Haru menjadi sia-sia akhirnya ia mengikuti saran Haru.
Segera setelah ia lulus SMA, ia pun terbang menuju markas besar FBI dengan
tujuan untuk menjadi agennya dan meneruskan cita-cita Haru. Dengan rekomendasi
dari Haru, pihak FBI yang sangat menghormati Haru sebagai salah satu agennya,
memberikan kesempatan kepada Sakura untuk mencoba pelatihan menjadi agen FBI.
Selama
2 tahun, Sakura telah berjuang keras dalam pelatihannya, kegigihannya
membuatnya bertahan dan diterima sebagai agen resmi FBI. Namun ia tak langsung
dapat menyelidiki kasus pembunuhan berantai. Ia masih perlu bekerja keras agar
menjadi agen khusus untuk kasus tersebut.
Sakura
yang sejak dulu memang cerdas, hanya butuh satu tahun untuk menjadi agen
khusus. Sakura bahkan tak percaya pada dirinya sendiri, bahwa ia bisa sampai
ketangga kesuksesan, jika dulu ia hanya mengabaikan Haru, pasti sekarang ini ia
bagaikan bunga sakura yang layu. Dan akhirnya ia kembali ke negaranya sebagai
agen FBI untuk menangkap si pembunuh berantai.
Hasil
penyelidikan Haru akhirnya ia gunakan sebagai petunjuk. Sakura yang bekerja
sama dengan Interpool tidak butuh
waktu lama untuk membungkam si pembunuh. Kehebatannya dalam bela diri dan
senjata ia tunjukkan saat mencoba menangkap si pembunuh. Akhirnya ia berhasil
meneruskan keinginan Haru dan juga keinginannya untuk bebas dari jeratan masa
lalu.
Sakura
kini menjadi wanita dengan sosok dan kiprah yang selalu mekar di berbagai media
berita di Jepang. Hingga berita tersebut sampai di telinga Haru. Dan Haru
memutuskan untuk mencari Sakura dengan niat untuk menjadikannya sebagai
pasangan agen FBI. Demikian pula dengan Sakura yang ingin mencari musim seminya
yang telah membuat Sakura mekar dari
gelapnya kehidupan, ya… Dia adalah Haru. Seorang lelaki yang lahir di musim
semi dan membuat bunga Sakura bermekaran.
JB.AD
EmoticonEmoticon